Sabtu, 27 Desember 2008

Lanjutan Diskusi Psikosimetry

Putra : mengapa sulit bedakan Kebenaran dari Kepalsuan ?

jawab :seperti apa aku di zaman Nabi ?

Seperti Abi Thalib yang membela, tapi mati dalam kafir ?

Umar yang khalifah tapi awalnya ingin membunuh ?

Muawiyah yang dipuja tapi harus perangi di Badr dll?

Ali tapi dikucilkan ?

lalu seperti sapa ?

Ga ada, karena ga ada tokoh yang simetri (sepandang) dengan harapanku.

mungkin aku jadi kafir! ini karena sejarah sudah ditukis palsu. bukan sejarah simetrisasi, tapi sejarah simetrisasi melalui doktrin simestri sejarah.

kepalsuan adalah simetrisasi, kebenaran adalah simetri sejati. kurikulum kita penuh dengan simetrisasi, bukan saja agama

tapi bahkan fisika dan matematikan. kita butuhkan kini adalah Genearal Symemtry (GS). dan bahwa GS adalah Ahlul Bait sebagai akal Kecil dengan Nabi

sebagai Akal Besar bagi akal-akal kita agar tidak akal-akalan korban kepalsuan.

-------


Andi (srg) : Syiah hanya difahami olehj Annabiya, malaikat dan mukmin.

Koment : maka cintai kaummu seperti Annabiya mecintai kaum mereka. Berkatalah kepada kaum mereka sbgmana Annabiya, "aq ga minta upah, hanya dari Allah,

upah atas cinta itu. karena kaummu lebih butuh cinta ketimbang amarah atas kedunguan mereka. Nabi anda bersabda, "Aku tidak meminta upah kecuali mawaddah fi alQubra.

"maqam Annabiya adalah pada kualitas mawaddah itu,dan disitulah maqam anda. Annabiya mengakui nubuwah Muhammad dan wilayah Ali, seperti juga Anda.

dan Hanya dengan mawaddah anda menyadari apa itu Cinta. inilah inti Fisika Cinta sebagai jalan menuju The Theory Of Thing alias General Symmetri,

yang bukan saja menggantikan General Relativity Einstain, tapi juga semua nilai relativitas


----

Mima : Ma pucing, Pikocimetli itu apa kah ?

Ab : kalau mati, dalam kubur ga ada yang bela. Mami bela Ma ditual, tapi ga bisa bela dikubur. Psikosimetri itu latihan sebelum dikubur.

Mima : Malaikat yang nanya dikubur kah ?

Ab : kata sendiri yang nanya kediri kita, malaikat hanya nunjukin boongnya kita. Ma bilang ke malaikat, ma bikin ini-itu karena ikut Ab.

malaikat nunjukin ternyata Ab juga lagi disiksa, boro2 abh mo tolong Ma, Ma juga ga bisa tolong ab. org yang bela umur ga tau bahwa umar sedang minta tolong

dalam kubur.

Mima : umar sapa kah ?

ab : itu yang ayah ibunya kafir.

mima : pantas, yang bela juga pasti orang yang ayah ibunya kafir.

ab : Nah, kata psikosimetry, yang bela umar itu orang yng kafirkan ayah ibunya sendiri.

mima : Ma belas Datu Ali!

ab : jelas, karena ab dan umi ga kafir..

------

Salam, Maaf sekiranya mengganggu...

kami adalah moderator KOnferensi Terapi PsikoSimetri. Harap izinkan kami kirimkan beberapa sms. sekiranya anda merasa

terganggu atau pun sms2 kami tidak menarik minat anda, maka cukup balas sms kami dengan menulis, misalnya : jangan sms lagi ke HP saya

anda boleh berkomentar, bertanya, atau menjawab setiap sms. bila anda tidak meminta secara khusus, maka boleh jadi sms anda kami sebarkan.

telepon tidak kami layani.

----

Topik 2 memahami Psikologi Iblis

1. apa yang dilakukan iblis sehingga ia berumur panjang ?

2. iblis pernahh memberikan "nasehat" kepada beberapa Nabi, Apakah ia memperoleh pahala dari perbuatan itu ?

3. iblis pernah melihat tempatnya di neraka, ia tidak terbakar oleh panas neraka lantaran (pada saat itu) berwashilah kepada pemilik

nubuwah dan wilayah. apakah ini berarti Ia juga berwilayah ? Tapi mengapa ia akan masuk dineraka ?

4. dineraka ia tahu bawa ia adalah no.3 terburuk. mengapa ia tidak berusaha untk menjadi no. 4,5 atau lebih baik lagi ?

----

resume oleh moderator :

1. nguping berita langit tentang sapa yang bakal membunuhnya, lalu provokasi pengikutnya untutk membunuh lebih dulu.

cara elegan, misalnya mohon kepada Nabi Ibrahim untuk nitipkan salam untuk para Washiy Muhammad saw

2. ga dapat pahala karena seharusnya ia nasehati dirinya sendiri

3. ia tahu usianya yang panjang adalah berkat Imam Zaman, maka ga mungkin ia ga akui. ia menjadi ga berwilayah lantaran

menjadikan dirinya wali bagi jin dan mc.

4. itulah bahanya pembuat simetrisasi (bid'ah) yaitu hilangnya kesadaran.manfaat terapi psikosimetri adalah membunih simetrisasi.

--------------

Topik 3 : Fisika cinta postulat Relativitas Khusus Einstein (1) hukum-hukum fisika berlaku ga semua kerangka inersia

(2) lalu cahaya tetap untuk semua kerangka inersia.


tapi teorinya ga dapat menjelaskan fenomena terapungnya Hajar al sakhrah di BaytMuqdis.Namun dapat diturunkan SIMETRI

KEDUA KHAZIMI

gc = T dimana G adalah Gravitiasi, c adalah Laju cahaya, dan T adalah 1 tahun Hijriyah.

kenyataan ini mendorong munculnya gagasan MONOPOLI MAGNET sebagai BULAN or NUR.

Postulat Fisika CInta :

(1) bulan adalah kerangka inersia-- sebagai SIMETRI PERTAMA KHAZIMI

(2) waktu MUTLAK adalah 1 tahun Hijriyah-- yaitu simetri Kedua KHAZIMI

dengan dua postulat ini dapat dibuktikan bahwa BUMI DIHAMPARKAN,LANGIT DITINGGIKAN dan setrusnya.

Mohon tanggapannya besok malam.

------


ERATA :

SIMETRI KEDUA KHAZIMI bukan gc = T melainkan c/g=T. masukkan laju cahaya c=299790000 m/dt,g = 9,8 m/det2, maka diperoleh T=354 hari adalah 1 tahun Hijriyah.

------

Gaza Ali : gmana hindari simetrisasi sejarah, agama dan pendidikan ? dan bagaimana tempatkan diri kita pada simetri yang tepat ?

jawab : makanya, jangan talalu lama di surabaya, pulang tual suda. Ente pu ikhawan tual su ahli smua, hehe...?

ditual ada komunitas PICA KAPALA yang pu karja bikin bagini. setidaknya ikuti trus terapi psikosimetri

-----

Intermezo

(Pengalaham pertama Abu Amr di jakarta)

AHLI (dhadapan Majlis) : Imam Mahdi ? Ah ga masuk akal, makanya sy ga syi'ah

Bahlul (dari luar majlis) : ente lulusan mana ?

Ahli : Univ P fakultas Hukum

Bahlul : buka aeronautika MIT kan ?? wah .. banyak yg ga masuk akal ente tapi masuk akal orang lain. Imam Mahdi ga masuk akal ente tapi masuk akal ana.

Ahli : ???!!!!

-----

Sy ali vs Sy Umar (salman)

SU : ga ada yang maksum, Nabi bersabda "setiap anak pasti dan yang terbaik adalah yang bertobat"

SA : klo gitu penolakan ente juga salah !

SU : ???? Sombong amat ente! apa dalilnya

SA : Ente ngomong tadi

SU : ???


Mima vs ab

MM : Ma aja bingung

ab : manusia itu al-nas dari kata yunsa, pelupa.

MM : jadi yang SU itu al-nas?

ab : bukan, tapi nisnas, bangsa asli iblis dan jin, pelupa paling akut.

MM : baca doa sih ... Dzakkirni Ma Ansanihis Syaitan.

ab : sapa yang ngajarin Mima doanya ?

MM : aduuhhhh., yang nisnas itu sapa ya ?

-------


Tiki : ada karbala di Alquran ?

Ayatullah : Lenggang 2 putri Shaleh as didepan Musa as saja ditulis, apalagi Husain as ? semua akui Ali as di Khaibar, liat surat Aladiyah, bahasa yang indah . Karbala : fajr dan Bayyinah.

Psikosimetri : hujjah dengan alQuran malah bisa jadi simetrisasi. Apakah abu bakar dan umar jadi khalifah adalah dalam alQuran ? apakah Aisyah dan abu Hurairah perawi hadits ada dalam alQuran ?

Awas ! kita malah lebih butuh penjelasan ulama ketimbang alQuran.

AlQuran itu Slt!

AlQuran : bumi di hamparkan.

Qt : Bumi bulat !

Hadits Nabi : Ka’bah adalah pusat dunia

Qt : ga ada pusat.

-------------

Tanya : Tolong jelaskan lagi Fisika Cinta dan Simetri Kedua Kazhimi


SOPIR, MAJIKAN dan BANK

Majikan : koq setorannya hanya segini ?

Sopir : saya sakit ...

Majikan : masa bodoh

Sopir : masa gitu? Kejam amat sih.

Majikan : bank ga mau tahu, setiap harus setor


Fisika Cinta : Tuhan Maha Tahu nasib orang2 seperti sopir itu sehingga memanjangkan waktu 1 tahun hijriyah.

Krisis perbankan terjadi lantaran pemutlakan waktu syamsiyah, padahal seperti Simetri II Kazhimi, waktu mutlak adalah 1 tahun Hijriyah. Ltlh makna Nisyuf Sya’ban yang kita mohon nasib setahun kedepan.

Islam menwajibkan Ru’yah, karena mustahil kita dapat mengHISAB waktu, yaitu mustahil hitung nasib setiap mahkluk.

Bulan adalah karuniaNya yang mudahkan makhluk dapat melihat waktu.Tiada makhluk dapat melihat waktu. Tiada makhluk di Mars karena ga ada bulan.

---

Hajar al-sakhirah

Ibn ahmad : Fisika ga dapat menjelaskan batu terapung itu

Abu ahmad : Ya

IA : apakah Newton, Einstein itu ngibuli kita ?

AA : Teorinya Max Dimont, ana ga percaya. Tuhan lah yang sengaja sembunyikan batu itu. Andai ga disembunyikan, akal einstein pun akan mandeg. Fisika itu ilmu parsial. Dalam hal ini adalah fisika untuk “bumi minus batu itu” ini wajar aja. Fisika kan ilmu alam tanpa malaikat.

IA : Tegasnya ?

AA : nama sesungguhnya adalah FISIKA WILAYAH sebagai karunia bagi orang yang berWILAYAH. Tiada riwayat tentang batu itu kecuali terkait dengan Muhammad saw, Ali as dan Al Mahdi af. Fisika yang Insya Allah ente ahli nya.

IA : tapi sulit kayaknya

AA : ente sudah mendaki puncak WILAYAH dan diwisuda disana,Nah fisika cinta itu ketika ente turun.

Mudah toh

--

Konferensi Ditutup !!!

Manuskrip buku Pengantar Fisika Cinta dan General Symmetri selesai pada 1 – 9 – 1429. Penulisnya ingin memperkaya dengan dialog-dialog psikosimetri dan kesempatan itu dibuka bagi anda.

Mohon doa anda, semoga buku tersebut dapat terbit pada 1-1-1430 H.

Shalawat !

Sekiranya anda ingin membeli, maka sms ke no ini :

Insya Allah saya pesan xx buah buku PENGANTAR FISIKA CINTA DAN GENERAL SYMMETRY.

Maaf atas khilaf.

Sekian

---

Musytasi mxamar dan ajarkan berturu2 3 org anak ttg bintang2.

Kemudian ia bertanya : Pandang langit dan liat mana bintang Musytari! Hanya anak ketiga yang jawab : aq ga melihatnya. Hanya anak ini yang lulus.

Ketika jibril as terbang, orang2 bertanya : Wahai Imam, bagaimana anda tahu Ia adalah Jibril ?

Imam : pandanganku menembus arsy, membelah bumi, menyapu kiri-kanan. Ia ga kutemukan, maka kupastikan ia adalah Jibril.

Dua riwayat ini menunjukkan bahwa Imam as dan Musytari ajarkan kepada kita bahwa dalam 1 waktu makluk hanya berada pada 1 ruang.

Maaf, tolong berikan bantahan atas kesimpulan ini. Sekiranya ada..

--

Salman (jkt) : Imam Ali as pernah berkata, “kalau kumau, aku bisa buat api dari air”

Ibn Ahmad : menjawab tentang tempat yang paling sejuk,

Imam as berkata : api yang Ibrahim as mendiaminya.

Kata Imam as :”sekiranya Allah ga tambahkan kalimat ‘ALA IBRAHIM, maka dinginlah semua api dimuka bumi”

Asif washiy Sulaiman as kuasai 1 ism a’zham, ia pindahkan singgasana Balqis dalam sekejap. Imam as kuasai 70 Asma,dengan asma-asmaNya, hukum fisika jadi batal.

Fisika cinta atau fisika wilayah adalah fisika klasik dan fisika modern. Ia menyatukan fisika dan metafisika

--

Minggu, 30 November 2008

Dialog Psikosimetri

dalam sebuah khutbah, Imam Ali as berkata "tanyakan padaku perkara yg jibril pun tidak ketahui"
sekiranyan anda hadir pada saat itu, apa yg anda tanyakan"

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 18 - 11 - 2008
time : 17.15

secara trivial akan timbul pertanyaan, "apa perkara (persoalan) yang jibril as tidak ketahui?"
apakah anda tau satu saja perkara tersebut ? sebutkan dan beri alasannya. Apakah Imam Ali as membenarkan ? jelaskan..


from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 18 - 11 - 2008
time : 23.49

dari sufyan al-fathani (sorong), Imam as : tanyakan padaku perkara yang jibril pun tidak tahu
Sufyan : Wahai Amirul Mu'minim, apa perkara yang jibril as ga tau ?
Imam as : mengapa pendeta mentrikan Tuhan ?
Sufyan : Koq bisa ?
Imam as : Ya, karena Tuhan sendiripun ga tau, apatah lagi jibril?
mohon jawaban untuk pertanyaan Miqdad al-samati'i
Imam as : tanyakan padaku perkara yang jibril pun tidak tahu
miqdad : Wahai Amirul Mu'minin :mengapa ada yang membenci Anda (Ahlul Bait)?

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 08.33

Dari salman (jkt-0813228XXXX) : ana akan nanya detil yang terjadi di sidratul muntaha.
Moderator (ana) : apakah Jibril as tau perkara ini (detil sidratul muntaha) ? klo ga tau, lalu bagaimana Nabi saw dan Ahlul
Bait as tau ? bagaimana pula pernah jibril as dalam membawa wahyu tentang sidratul muntaha ?
dari mima putri ana : adakah yang mo hadiyahkan pulsa kepada Abahku ?

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 10.06

Introduksi I
Pendeta : apakah yang pergi haji itu dijamin masuk syurga ?
Abu Ridh : wah, sy ga tau. Tapi saya yakin klo bapak Pendeta yang naik haji, pasti masuk surga
Introduksi II
Pendeta : Istri saya dulunya seorang Muslimah
Zaidi : itulah salahnya, mengapa hanya istri anda ? mengapa ga semua muslimin papua dikristenkan?
mengapa saya ga ? padahal saya mau koq.

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 15.08

Dari Alin (sorong) : stad, (1) mengapa sahabat2 bisa berkhianat dan (2) mengapa meraka bisa menutupi sejarah yang
sebenarnya hingga saat ini banyak yg percaya sama mereka.
Mod : (1) ada hadist, "setip nabi dan washinya punya sahabat pengkhianat (munafiq). Nabi punya ibn Ubay, Ali as punya
Asy'at alkindi, Tapi paling banter 1 orang, yang lain ngaku2 sahabat. satu aja koq ditanyakan. Wong kita punya banyak
sahabat pnghynt aja, kita ga pusing. (2) mereka ga bisa nutupin, makanya harus pake kekuasaan. ga ada yg percaya.
buktinya kita tantang mubahalah mereka mundur.

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 15.36

Imam as : tanyakan padaku perkara yg Jibril pun ga tau !
Miqdad pun ga tau !
Miqdad : wahai Amirul Mu'minin, mengapa ada yang membenci Anda (Ahlul Bayt)?
Jawaban dari Umi (ehem...) : Allah swt tak tersentuh oleh kebencian makhluk-Ku juga Rasul-Nya maka kami lah yang
sekiranya kebencian itu ada.
umi : jadi duhai, apakah AhlBet diciptakan untuk menyucikan Allah dan RasulNya dari kebencian makhluk-Nya ?
Imam as : Duhai cucuku, semakin kami dibenci, semakin besar cinta Allah dan RasulNya kepada kami, sehingga kami
dikaruniakan Syiah kmi yang membanggakan kami...

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 19.28

Imam as : tanyakan padaku .....
Zainab (srg) :siapkah aku jadi syiahmu ?
VIna (palangkaraya) apakah aq n kelq tetap sbg syiah ?
Rahman (srg) : aq mt dlm kead spt apa ?
AbuAmr (tual) : apakh namaq trtulis dlm mushaf Fatimh ?
komentar : Jawabn adlh YA or Tidak, secara psikosinmwtri, ini pertanyaan pede. Ga terpikir olhnya bahwa Imam as
mungkin jwb Tidak, To i-Allah Ya karena dia syiah or tetap berusaha mjd syiah. masalahnya adlh pada ksus ketika Imam as
menjwb TIDAK maka apa nasehat Anda untuknya ? ato pintu tobat dah tertutup?

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 21.17


Rasul saw bersabda kpd Ibnu Muljam : anda akan membunuh Ali
dia berkata : tapi aq mencintainya.
Rasul saw : Tp anda akan membunuhnya
Dialog ini menunjukkan bahwa dia membenci Ali as dan itulah yg membwnya ke tindakan mbunuh. Dapatkan anda buktikan
secara PSIKOSIMETRI ?
sekiranya Anda hadir pada zamannya, apa nasehat anda kepadanya agar dia dapat masuk surga? bisakah dia menghindar
dari menjadi pembunuh Ali as? ato bisakah dia membunuh Ali as tapi masuk surga? ato takdirnya bahwa ia pembunuh
dan masuk surga ?

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 19 - 11 - 2008
time : 22.01

Putra (Jkt) : Apa itu Psikosimestri ?
moderator : Keadaan kehilangan simetri adalah keadaan takut cari selamat (islam), lalu merasa aman (iman) dan
aman yang paling simetri adalah terjaga (taqwa), yang dapat terhindar dari neraka pedih, semoga masuk surga.
Psikosimetri adalah menyepadankan diri sebagai pelaku sejarah, misal sebgai Ibn Muljam yang mo cari jalan masuk
surga. Mis, mungkinkah seorang yg bernasab, bersejarah, berprilaku pada zaman sekarang yg simetri dg umar pada
zamannya, bisa jadi pemimpin seperti umar pada zamannya?
lakukan terapi psikosimetri dan anda akan menemukan jawabanya : MUSTAHIL !

from : TS K Ab <+6281344224xxx>
date : 20 - 11 - 2008
time : 06.01

Rabu, 16 Januari 2008

"Kematian ada dalam hidupmu yang ditaklukan,
kehidupan ada pada matimu yang menaklukkan"

"Kalian Meminta Syafaatku, Namu Membunuh Putraku"

Undangan :
Peringatan ASYURA
10 Muharram 1429 H/19 Januari 2008 M
Jam 12.oo WIT

Jl.Dr.Sam Ratulangi
Kampung Baru - Sorong Papua

organize by :
madrasah Karbala - Sorong
"gubuk duka nainawa"
Jl.Tanjung Perat No.9 km. 9,5 Sorong Papua

contact Person :
Abe : 08524467492
Imenk : 085299144654
Hardi : 08118492962

Selasa, 01 Januari 2008

Jajak Pendapat tentang Ahlul Bayt

Jajak Pendapat tentang Ahlul Bayt

Abdullah Busthany Isma’ili

Ketua Umum Madrasah Karbala’ Sorong

ADA seorang sayyid asal Sorong, saya mengenalnya di Jakarta ketika dia ujug-ujug menantang saya bermubahalah. Namun, saya ingatkan dia bahwa saya adalah pengikut ahli mubahalah (Ahlul Bayt), dan bahwa kami senantiasa merayakan Idul Mubahalah (24 Dzulhijjah). Boleh jadi karena itu, dia mundur. Saya pikir masalah ini telah selesai.

Istri saya mengajak saya ke Sorong dengan harapan mulia. Di Sorong, pada awalnya, seorang sayyid lain sangat baik dengan saya. Namun kemudian dia berkata, “Anda punya madzhab Ahlul Bayt, kita berbeda dunia-akhirat.” Dan dia pun berubah. Segera saya pastikan bahwa itu semua terjadi lantaran kunjungan mendadak dari si sayyid yang menantang saya bermubahalah tadi. Selanjutnya saya dan istri saya dikepung oleh sejumlah sayyid hanya karena kami mencintai dan mengikuti Ahlul Bayt. Akhirnya sebuah tamparan telak ke wajah saya karena Ahlul Bayt!

Membanggakan. Sekaligus menyedihkan, terutama bagi istri saya. Dia terlanjur berharap, meski tidak sempat membawah oleh-oleh dari Jakarta, setidaknya dia membawa Ahlul Bayt, dan kaum-kerabatnya akan menyambutnya. Ternyata tidak. Saya pun meneliti beberapa jurus dan sampailah saya kepada kesimpulan bahwa orang-orang ini telah mengetahui Ahlul Bayt sejak awal 80-an melalui Sayyid Abdullah al-Jufri (alm).

Saya pun membesarkan hati istri saya. “Zaman ini adalah zaman Ahlul Bayt,” kata saya menghiburnya. Dan kami pun mencoba menengok ke luar.

Saya mengajar di Universitas al-Amin (Unamin) milik Muhammadiyah. Mereka bersikap baik terhadap saya. Rektor mengizinkan saya untuk membuat Olimpiade Sains dan Teknologi 2006. Meskipun tidak mencapai target, beberapa mahasiswa sempat mengikuti kuliah Revolusi Belajar dimana Ahlul Bayt merupakan simetri (symmetry). Beberapa mahasiswa mengalami lompatan kecerdasan. Sayangnya, tak satu pun dari mereka yang condong untuk menjadi pengikut Ahlul Bayt. Namun, melalui acara itulah saya bertemu dengan beberapa pengikut Ahlul Bayt. Dari mereka saya peroleh informasi bahwa Sorong tidak mengenal Ahlul Bayt. Ada rasa putus asa.

Istri saya malah terang-terangan meminta agar kami harus segera kembali ke Jakarta. Beruntung ada kasus poligami Aa Gym. Maka saya pun berkesempatan memberi “nasehat”. Saya menulis di Fajar Papua. Beberapa orang mengucapkan terima kasih. Juga untuk tulisan-tulisan saya yang lain. Saya pernah menulis tentang Teologi Bencana. Anehnya, tak ada satu pun yang memberikan komentar atau bertanya tentang Ahlul Bayt yang merupakan simetri dari tulisan-tulisan saya itu.

Tetapi saya masih dapat menghibur istri saya. Kata saya, “Boleh jadi hanya di Sorong inilah kita dapat menulis gamblang tentang Idul Ghadir, Idul Mubahalah, dan Asyura’.” Istri saya hanya menjawab, “Ya, meskipun Tuan bermonolog.”

Maka di Idul Ghadir dan Idul Mubahalah tahun ini saya harus mencari bahan lain untuk menghibur istri saya. Kebetulan saya mengajar statistika dan komputasi, pelajaran yang tidak disukai oleh mahasiswa saya. Alih-alih mengajar, saya lebih sering bercerita. Seorang teman saya berkata, “Seorang profesor sejarah di Universitas Pattimura berkata bahwa Muhammad saw dan Yesus as itu bersaudara.” Saya pun menulisnya di koran dan kemudian meminta para mahasiswa saya (mayoritas Kristiani) untuk melakukan jajak pendapat, “Percayakah Anda bahwa Muhammad saw dan Yesus as itu bersaudara?” Dan hasilnya mencengangkan: 25 % percaya, 50% ragu-ragu, dan 25% sisanya tidak percaya.

Saya ajari mahasiswa saya mengenai SQL di dalam database. Untuk datanya, saya minta mereka menyebarkan angket dengan aneka rupa pertanyaan mengenai Ahlul Bayt. Kemudian, dengan SQL, saya minta mereka menampilkan beberapa hal. Misalnya, “Berapa persen yang mengaku mencintai Ahlul Bayt tetapi tidak tahu bagaimana nasib Fathimah Zahra’ as?” Atau, “Berapa persen yang percaya bahwa Rasulullah saw murka atas perlakuan sadis terhadap hewan tetapi ragu bahwa beliau saw murka terhadap pembunuhan al-Husain as?” Praktis semuanya mendapatkan hasil hampir 100%! Sedikit demi sedikit mereka menangkap makna bahwa hasil-hasil ini kontradiksi. Mereka heran dan bertanya-tanya. Tapi saya lebih heran mengapa mereka tidak bertanya kepada diri mereka sendiri.

Namun, bagaimanapun juga, saya telah memperoleh sebuah motivasi bahwa angka-angka juga penting untuk menyampaikan pesan-pesan Ahlul Bayt. Itulah sehingga saya mohon kerelaan istri saya agar, pada Idul Ghadir dan Idul Mubahalah kali ini, saya akan rayakan dengan melakukan jajak pendapat mengenai Ahlul Bayt.

Istri saya tertarik. Dia lah yang pertama kali mengirim sms kepada sejumlah temannya, “Apakah Anda yakin bahwa Ahlul Bayt disebutkan di dalam al-Qur’an?” Hasilnya, 95% menjawab tidak. Kemudian dia mengirim ayat Tathhir (QS. 33:33) dan beberapa hari kemudian mengirim lagi pertanyaan yang sama. Hasilnya: 100% ya!

Kali lain dia mengirim sms, “Apakah Anda yakin bahwa mencintai Ahlul Bayt itu wajib?” Hasilnya: 5% tidak yakin, 63% ragu-ragu, sisanya 32% yakin. Kemudian dia mengirim ayat al-Mawaddah (QS. 42:23), dan hasilnya berubah drastis: 97% yakin!

Kini, kami sedang menyiapkan angket berisi 30 pertanyaan. Target kami kiranya dapat meraih paling sedikit 500 koresponden. Beberapa teman Kristiani pun telah bersedia untuk menjadi koresponden sekedar sebagai pembanding. Sesungguhnya, jajak pendapat ini tidaklah mementingkan angka-angka dan perubahannya, melainkan mengecek sejauh mana kualitas dan perkembangan logika serta kepekaan perasaan mereka. ***

Teori Fisika Wilayah dari Papua

General Symmetry versus General Relativity

Teori Fisika Wilayah dari Papua

Abdullah Busthany Isma’ili

Ketua Umum Madrasah Karbala’ Sorong


SEMUANYA serba kebetulan. Saya dibesarkan di lingkungan yang punya beberapa teori mengenai Hajar al-Sahrah. Sayangnya, sewaktu saya kuliah, saya lupa menanyakan fenomena batu bergantung ini. Pembimbing saya adalah Hans Wospakrik (w. 2005), seorang ahli fisika teori asal Papua, dan dengannya pernah saya berdiskusi. Tapi Hans tidak tahu.

Saya meneliti fenomena particle-like yang disebut soliton. Di sanalah saya dan Hans menemukan “kebohongan” Miura, orang pertama yang memperkenalkan soliton, dia seorang Yahudi. Ketika saya lihat gambar ini di rumah mertua saya di Papua, negeri asal Hans, saya teringat akan Yahudi dan “kebohongan”.

Satu ketika banjir datang tiba-tiba. Ketika sedang membersihkan rumah, saya menemukan buku Desain Yahudi atau Kehendak Tuhan karya Max I. Dimont. Saya baca kalimat, ”Mengapa orang-orang Yahudi, yang baru saja keluar dari ghetto, dengan Talmud di tangan, tiba-tiba menjadi matematikawan yang terkemuka, merupakan misteri, penjelasan Freud bagi kejeniusan sendiri adalah tidak valid.” Maka saya teringat instuisi Hans: setiap misteri senantiasa ada simetri. Tetapi ada juga simetrisasi. (Dimont menyebut teorisasi.) Apakah Yahudi melakukan simetrisasi terhadap batu itu?

Adik saya mengirim buku 500 Ayat untuk Ali bin Abi Thalib as karya Hafidz Rajab al-Busri. Ada sabda Rasulullah saw, ”Bagaimana engkau (Ali) tidak jatuh mendahuluinya, sedangkan engkau lebih berat dari Tsabit?” Hadits ini mendukung doktrin Aristoteles untuk benda jatuh bebas yang ditentang oleh Newton dan Galilei.

Simetrisasi hukum Newton terdapat pada penyamaan massa inersia dan massa gravitasi, dua hal yang memiliki ”teologi” berbeda. Massa gravitasi merepresentasi kepatuhan atau kemusliman alam, dan massa inersia adalah aksi pengingkarannya.

Andai tidak sama, maka, untuk batu bergantung itu, massa inersianya tak-hingga. Memang, andai batu itu dapat didorong (percobaan), itu menunjukkan bahwa massa inersianya berhingga, bukan tak-hingga. Dan perbuatan mendorong itulah aksi pengingkarannya. Maksudnya, andai Newton memperoleh hukumnya dari apel yang jatuh, maka haruslah diperjelas: jatuh sendiri ataukah dijatuhkan (percobaan)?

Simetrisasi lainnya adalah memasukkan konsep limit (diferensial dan integral). Maksudnya, gerak menurut Newton adalah seperti cacing merayap. Sementara fisika kuantum telah membuktikan bahwa gerak yang sesungguhnya adalah ”melangkah”.

Pada bagian lain, Einstein mengusulkan teori relativitas dan memasukkan cahaya ke dalam setiap gerak benda. Sejak kuliah, saya selalu bertanya-tanya: mengapa harus cahaya? Adakah hubungan antara cahaya (relativitas) dan ”melangkah” (kuantum)? Saya berwashilah kepada Imam Musa al-Kazhim as (saat itu tepat hari kelahiran beliau as) dan, dalam sekejap mata (tharfah al-’ain) saya peroleh secercah jawaban: gerak ”melangkah” dengan kecepatan cahaya, dan cahaya tidak lain adalah juga tharfah al-’ain. Nah, tharfah al-’ain dari cahaya adalah laju c = 3 x 108 m/det.

Pertama, dengan demikian, perdebatan mengenai apakah ada laju melebihi cahaya tidak perlu lagi. Secara kasar, untuk singgasana Ratu Balqis yang digerakkan Asif dalam satu kedipan mata (qabla an yartadda ilaika tharfuk), laju tharfah al-’ainnya sedikit di bawah laju cahaya. Imam Ali as menjelaskan bahwa Asif menguasai satu Ism al-A’zham, sedangkan beliau as sendiri menguasai 70. Mi’raj Nabi saw dapat difahami hanya dengan tharfah al-’ain yang mendekati tak-hingga. Kedua, perbedaan waktu-relatif dan waktu-mutlak Einstein terdapat pada waktu tharfah al-’ain ini. Untuk memahaminya diperlukan pembedaan antara ruang-diam dimana waktu-mutlak dialami, dan jalan (ruang-gerak) yang membutuhkan waktu tharfah al-’ain. Artinya, cepat-lambatnya gerak atau perpindahan bergantung pada penguasaan jalan. Saya teringat kata-kata Imam Ali as, ”Aku lebih menguasai jalan-jalan di langit ketimbang jalan-jalan di bumi.” Teori ini memudahkan kita untuk memahami bagaimana al-Imam al-Karrar as dapat mengangkat gerbang Khaibar seperti perisai, serta dapat menebaskan Dzulfiqar sedemikian dahsyat. Sungguh saya ingin menyebutnya sebagai teori fisika wilayah Ahlul Bayt menuju General Symmetry menggantikan General Relativity Einstein.

Saya mengawali teori ini dari batu yang bergantung itu. Beberapa teman telah memberikan komentar mengenai foto di atas. Tidak jadi masalah. Seperti foto Rasulullah saw, tidak jadi masalah apakah asli atau palsu. Sebab, beliau saw tetaplah ada, asli, sedangkan perkara foto itu urusan lain. Demikian juga batu itu.

Batu itu bergantung diam, tidak bergerak turun. Maka massa inersia tak-hingga adalah konsekuensi logis-matematis. Konsekuensi lainnya adalah, bahwa sekiranya batu itu bergerak, maka dibutuhkan gaya yang sangat besar (karena menggerakkan seluruh alam semesta). Riwayat menyebutkan bahwa, ketika Imam Ali as syahid, batu itu bergeser dan ditemukan darah di bawahnya. (Syaikh Mufid, al-Ikhtishâsh, IV, h. 166.)

Adanya ruang-diam menunjukkan adanya diam-mutlak sekaligus adanya pusat alam semesta. Dan di Sorong lah saya membaca tulisan Zainal Abidin Bagir mengenai dugaan adanya pusat alam itu. Juga di sinilah untuk pertama kalinya kami merayakan hari kelahiran Yesus as pada tanggal 25 Dzulhijjah lalu. Malam itu disebut malam Dahwu al-Ardh, malam dimana “bumi dihamparkan di bawah Ka’bah”, sebuah ungkapan yang tiada lain kecuali bahwa Ka’bah adalah pusat dunia. Rasulullah saw menjelaskan kepada seorang pendeta Nashrani bahwa, memang, Ka’bah adalah pusat dunia.

Apakah fisika wilayah akan mengembalikan Ka’bah sebagai pusat dunia? Sayangnya, buku General Symmetry versus General Relativity belum selesai saya tulis. *

Pergeseran Kepentingan di dalam Dialog Agama

Pergeseran Kepentingan di dalam Dialog Agama

Abdullah Busthany Isma’ili

Dosen Universitas al-Amin Sorong, Ketua Umum Madrasah Karbala’

SENIOR saya, Haidar Bagir, pernah memberikan pengakuan kepada Adrian Husaini, “Beliau selalu dapat memberikan alasan-alasan dengan jelas, gamblang, dan masuk akal mengapa beliau menolak sebuah pemikiran keagamaan.” Ini terjadi beberapa tahun lalu sesaat setelah sebuah seminar dilakukan oleh Fakultas Pascasarjana UIN Ciputat.

Seminar itu bermaksud mempertemukan antara berbagai ideologi Islam. Agaknya penyelenggara berpikir sederhana bahwa ideologi dibedakan atas fundamental dan liberal. Haidar dipandang mewakili liberal, tapi beliau menepis, “Saya fundamentalis.” Adrian dipandang mewakili fundamental, padahal saya—dan Haidar tentunya—menilainya justru liberal.

Kristen adalah sebuah agama yang diakui oleh al-Qur’an. Tetapi Adrian, di dalam tulisan-tulisannya, berhasil membongkar berbagai hal di dalam Kristen. Sepanjang yang saya tahu dari al-Qur’an dan sejarah Rasulullah saw, Adrian tidak punya sandaran kuat atas tindakannya itu. Jadi, tindakannya itu dapat terjadi hanya karena beliau menjadi liberal. Maksud saya, sekiranya metodelogi yang sama beliau gunakan untuk membedah Islamnya sendiri, niscaya beliau akan menemukan hal yang tidak jauh berbeda.

Menurut hemat saya, Adrian justru perlu membedah pemikiran Hartono Jaiz yang hadir untuk mewakili Islam fundamental. Hartono mendeskripsikan dirinya sebagai Islam yang mengikuti sahabat, tabi’in, dan tabi’it tabi’in. Maka sangat mudah bagi Adrian untuk bertanya, “Bagaimana nasib Fathimah putri Rasulullah saw?” Bagaimana dengan suami dan anak-cucunya? Saya optimis dengan Adrian bahwa, apabila beliau konsisten dengan metodeloginya, maka, pada gilirannya, beliau akan sampai kepada hal yang serupa untuk Islamnya sendiri. Jadi, perkara liberaliitas Adrian hanyalah bahwa perjalanannya belum usai.

Adrian memiliki banyak persamaan dengan Fauzan al-Anshari. Saya menyayangi Fauzan karena beliau juga melawan pemikiran dengan pemikiran. Fauzan tahu bahwa saya menganut Islam syi’ah, tetapi kami baik-baik saja. Di FPI, saya dekat dengan Ahmad Sobri Lubis. Beliau tahu bahwa saya syi’ah, tetapi kami saling sayang. Saya dekat dengan cukup banyak “aktivis garis keras” Jakarta yang tahu bahwa saya syi’ah. Sekiranya mereka menilai saya buruk, maka, saya yakin, itu lantaran pribadi saya yang buruk, sama sekali bukan karena syi’ah.

***

TIDAK lah salah memilah-milah Islam menjadi fundamental dan liberal. Dan masih dapat dipilah-pilah lagi. Senior saya lainnya, Eggi Sudjana yang praktis, memunculkan Islam fungsional. Saya yang teoritis cenderung memilah ke dalam feminim dan maskulin.

Islam maskulin adalah Islam yang cerdas, jujur, dan berani, serta tidak ingin digandeng oleh satu kepentingan pun. Menurut hemat saya, orang-orang seperti Adrian, Fauzan, bahkan Ulil Abshar-Abdalla dari Islam liberal, memiliki kesamaan sebagai maskulin. Dalam hal ini, sesungguhnya, Ulil berbeda dari Nurcholis Madjid (alm.) yang feminim. Islam feminim adalah Islam yang menyembunyikan kebengisan, dan sesekali menggunakan tangan kekuasaan untuk mewujudkan kepentingannya, sadar atau tidak. Kebengisan Orde Baru mendapatkan sandaran pada pemikiran feminim Nurcholis.

Hartono Jaiz, meskipun menentang Nurcholis, adalah juga figur Islam feminim. Sekiranya negara kita ini dikuasai oleh faham Hartono, niscaya Adrian dan Fauzan pun pada akhirnya akan menghuni terali besi bersama-sama dengan Ulil dan saya. Celakanya, zaman di negara kita mulai bergeser ke faham ini.

Ada dua indikasi. Pertama, setidaknya bagi “orang Jakarta yang tinggal di daerah”, mengamati melalui MetroTV dan mencermati editorial Media Indonesia. Kedua media ini dipimpin oleh Surya Paloh, seorang politisi yang melakukan berbagai manuver. Dengan medianya, langkah Surya dan pergeserannya mudah dibaca. Al-Chaidar, mantan aktivis NII, berteori, “Setiap kali menjelang Pemilu, banyak aliran sesat bermunculan.” Teori ini dapat dikaitkan dengan pergeseran Surya dan medianya.

Kedua, dalam sebuah dialog di MetroTV (10/12/2007), Munarman muncul sebagai Tim Advokasi Forum Umat Islam. Patut diakui bahwa Munarman sukses di dalam pembelaan HAM di luar perkara agama. Maka, agaknya, beliau ingin membawa metodeloginya ke dalam perkara agama. Argumentasinya sungguh hebat. Hanya saja, di dalam sudut pandang maskulin, metodeloginya mengingatkan saya kepada metode wacana-dekonstruksi Ulil yang liberal.

Di satu sisi, banyak orang mengagumi metode wacana-dekonstruksi. Di sisi lain, orang yang tidak menyukainya sulit membantahnya. Haidar adalah senior saya di ITB sehingga segera mengerti maksud saya bahwa metode ini adalah metode numerik. Di dalam sains dan teknologi, metode numerik adalah metode “putus asa”. Ibarat makanan, maka metode itu hanya untuk mencapai kekenyangan, bukan untuk memperoleh pahala. Ahli metode ini adalah Iblis yang melakukan sesuatu tanpa perduli dengan ma’rifat.

Apa yang dilakukan Munarman adalah menarik suatu kesetangkupan dari perkara di luar agama ke dalam perkara agama. Simetri menurut kajian fisika teoritik dan matematika. Namun, alih-alih simetri, beliau baru sampai ke tingkat kiyas atau analog. Kiyas adalah kedunguan, dan, lagi-lagi, ahli kiyas adalah Iblis.

Bila Munarman mengkaji simetri sejarah, niscaya beliau akan melihat bahwa pergeseran yang diindikasikan oleh keterlibatannya dengan metodeloginya adalah ibarat menggeser zaman menuju rezim Umayah dan rezim Abbasiyah. Beliau akan menemukan bahwa para penguasa itulah yang melakukan pembunuhan besar-besaran terhadap kaum Kristen dan Yahudi. Namun, sesungguhnya, kaum Islam syi’ah lah yang lebih banyak ditimpa bencana. Tetapi saya khawatir Munarman akan gagal. Sebab, alih-alih menemukan simetri, beliau dapat terjebak dalam simetrisasi.

***

ULIL pernah bertanya mengenai stockholders Islam. Memang, menghadapi orang-orang yang gagal menemukan simetri, atau orang-orang yang cenderung terjebak di dalam simetrisasi, pertanyaan ini patut dikedepankan. Di akhir dekade 90-an, saya pulang kampung, dan sekonyong-konyong saya diserang sebagai beraliran Islam sesat. Menyadari itu, saya lakukan musyahadah bahwa saya berasal dari leluhur yang justru meng-Islamkan orang-orang di kampung saya.

Saudara-saudara ayah saya pada umumnya hanya bersekolah hingga ke Ambon, dan ayah saya menilai bahwa, sebatas itu, mereka tidak akan sanggup meneruskan amanah leluhur untuk mempertahankan Islam. Jawa merupakan tempat yang harus saya datangi. Ayah dan kakek saya menitipkan banyak amanah sebelum melepaskan saya pergi. Ayah terus memantau saya, menasehati, dan seterusnya. Sebandel-bandelnya saya, saya masih tergolong patuh kepada orang tua dan leluhur. Itulah sehingga, ketika isu kesesatan saya menyeruak, ayah dan keluarga saya tampil membela.

Ayah saya berkata lantang, “Kalian dibayar untuk berda’wah dan berkhotbah, kami dan leluhur kami tidak. Kalian tidak diperangi oleh Portugis dan Belanda, leluhur kami dibunuh…” Sampai-sampai ayah saya berkata, “Kalian baru belajar Islam setelah datang kepentingan, kami belajar Islam sejak di alam sulbi.”

Menurut hemat saya, satu saat akan saya gunakan kata-kata ayah saya ini untuk menghadang pergeseran yang cenderung terjadi di dalam dialog agama dewasa ini. Tetapi tentu saja saya lebih berharap kepada orang-orang seperti Munarman untuk mempelajari Islam secara tuntas (mastery learning) guna menemukan general symmetry.***

Zaman Pengikut Ahli Kitab

Zaman Pengikut Ahli Kitab

Johan Buhori

Mantan Ketua Fraksi PPP DPRD Kota Sorong

AHLI Kitab menjadi sentral rujukan al-Qur’an. Namun, untuk menghidari salah tafsir, terlebih dahulu perlu kita dudukkan al-Qur’an sendiri sebagai sebuah Kitab Suci bersama-sama dengan Taurat, Zabur, dan Injil. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka besar (al-Tsaqalain) yang apabila kalian berpegang kepada keduanya niscaya kalian tidak akan tersesat sepeninggalanku…” Sayangnya, kaum Muslimin terpecah menjadi dua golongan mengenai al-Tsaqalain itu. Ada yang menafsirkan sebagai Kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi, ada yang berpegang kepada Kitab Allah dan Ahli Bayt Nabi.

Hadits ini sangat kuat, shahih tak terbantahkan. Tsaqal pertama adalah al-Qur’an, tiada bantahan atasnya. Masalahnya pada tsaqal kedua: Sunnah ataukah Ahli Bayt? Kelompok pertama kemudian dikenal sebagai Ahli Sunnah, yang kemudian mencakup kaum Muslimin terbesar, al-Jama’ah, sehingga menjadi Ahli Sunnah wa al-Jama’ah. Kelompok kedua tetap sebagai Ahli Bayt, dan orang-orang yang mengikuti Ahli Bayt dikenal sebagai syi’ah (pengikut Ahli Bayt).

Ada kesalahan presepsi bahwa Ahli Bayt adalah semua anak-cucu keturunan Fathimah Zahra as putri Muhammad saw. Padahal Ahli Bayt dinyatakan di dalam firman, “Sesungguhnya Allah hanyalah berkehendak untuk menbersihkan kalian dari dosa, wahai Ahli Bayt, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya.” (QS. al-Ahzab 33:33.) Ikrimah berkata bahwa Ahli Bayt hanyalah para istri Muhammad saw, sedangkan Zaid bin Arqam mengeluarkan para istri dan memasukkan semua Bani Hasyim. Kedua orang ini semata-mata menggunakan pendapat pribadi mereka tanpa merujuk kepada Rasulullah saw dan Ahli Bayt sendiri. Ikramah boleh berkata begitu, tetapi A’isyah istri Rasulullah saw, seorang yang meriwayatkan banyak sekali hadits, tidak pernah mengaku sebagai Ahli Bayt. Zaid boleh berkata begitu, tetapi putra-putra Ja’far bin Abi Thalib, juga Bani Abbas dari Bani Hasyim, tidak pernah mengaku seperti itu.

Sebutan lain di dalam al-Qur’an untuk Ahli Bayt adalah al-Muthahharun (orang-orang yang disucikan untuk menafsirkan Kitab), al-Qubra’ (orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Muhammad saw), Ahl al-Dzikra (orang-orang yang mewarisi Muhammad saw sebagai al-Dzikra’), dan lain-lain. Dalam khutbah al-Ghadir (Jum’at, 18 Dzulhijjah 10 H), Nabi Muhammad saw bersabda, “Aku adalah al-Shirath al-Mustaqim, dan setelahku adalah Ali dan seterusnya dari keturunannya.” Tetapi mengapa Ahli Sunnah melupakannya?

Sejarah lah yang akan membentangkan, tetapi psikologi akan memastikan jawabannya. Ahli Bayt praktis telah dilupakan. Sebagai bukti, bila kita bertanya mengenai Ahli Bayt, maka Ahli Sunnah segera terpecah-belah di dalam menjawabnya. Sebagain dari kalangan dzuriyat (keturunan) Nabi Muhammad saw akan berkata, “Kami adalah Ahli Bayt.” Klaim ini akan segera dipatahkan juga oleh kaum Ahli Sunnah lain yang berkata, “Al-Hasan dan al-Husain telah mati bersama seluruh anak-anak mereka.” Ada juga yang berpendapat bahwa Muhammad saw tidak punya keturunan lelaki. Beraneka cara telah digunakan untuk mendekonstruksi kesucian Ahli Bayt. Setelah itu, barulah tegak hadits bahwa al-Tsaqalain adalah al-Qur’an dan Sunnah. Jadi, madzhab Ahli Sunnah tegak di atas dekonstruksi Ahli Bayt.

Ada juga yang secara elegan mengutip dari aksi kasih-sayang Umar bin al-Khaththab. Ketika Rasulullah saw menjelang wafat meminta untuk dituliskan washiat, Umar berkata, “Sesungguhnya dia sedang sekarat (hajara, mengigau). Al-Qur’an telah berada di sisi kalian. Maka cukuplah bagi kita Kitab Allah.” Diriwayatkan bahwa Umar berkata demikian guna meringankan beban sakit beliau saw. Meskipun demikian, beliau saw mengusir mereka keluar dari dalam biliknya. Diriwayatkan dari kalangan Ahli Bayt bahwa, setelah Umar dan lain-lain keluar, barulah beliau saw menulis washiat yang juga mengenai Kitab Allah dan Ahli Bayt.

***

DALAM konteks pembelajaran dan pewarisan ilmu, Kitab Allah adalah sumber ilmu dan Ahli Kitab adalah orang-orang yang mewarisi ilmu-ilmu Kitab. Dalam konteks ini, ibarat Kitab Kedokteran dan Dokternya, bahwa tidak akan mungkin ujuk-ujuk muncul seorang dokter ahli tanpa belajar dari dokter yang juga ahli, hanya membaca kitab kedokteran saja. Kitab Allah dalam Islam adalah al-Qur’an, dan ahlinya, atau Ahli Kitabnya, adalah Ahli Bayt, yaitu orang-orang dari kalangan keluarga Muhammad saw yang telah disucikan dan diberikan warisan ilmu al-Qur’an. Padanan dari Muhammad saw adalah Musa as dan Yesus as, sedangkan padanan dari Ahli Bayt adalah para pewaris keduanya. Itulah makna sabda beliau saw, “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Siapa yang ingin ilmu, datangilah pintunya.

Setelah Muhammad saw wafat, dan umatnya memperebutkan kekuasaan, seorang Yahudi mendatangi Ali bin Abi Thalib as dari Ahli Bayt dan berkata, “Baru seminggu nabi kalian wafat sedangkan umatnya telah menumpahkan darah memperebutkan kekuasaannya.” Ali as menjawab, “Apa katamu? Sedangkan kalian hampir membunuh Harun dari Ahli Bayt Musa sedangkan Musa baru saja meninggalkan kaumnya selama 40 hari, dan dia belum juga wafat.”

Rasulullah saw bersabda, “Wahai Ali, aku berperang demi turunnya al-Qur’an, sedangkan Anda akan berperang demi tafsirnya.” Ketika Ali as sedang dalam sesak dada akibat penghianatan Mu’awiyah dan kaumnya di perang Siffin, seorang lelaki muncul dari dalam tanah dan berbincang-bincang dengan Ali as. Setelah lelaki itu pergi, Ali as menjawab pertanyaan para muridnya, “Lelaki itu adalah saudaraku Simon (Syam’un) pewaris Yesus. Allah mengutusnya datang untuk menghiburku dari sesak dadaku…” Ketika Yazid putra Mu’awiyah, setelah menyembelih al-Husain as putra Muhammad saw dan Ali as, lalu mempermainkan kepala suci itu, seorang putra Daud as datang membela, dan dia pun syahid dipenggal oleh algojo Yazid.

Oh, sekiranya zaman tidak membunuh manusia-manusia terbaik dari para Ahli Kitab ini, niscaya kehidupan di dunia ini benar-benar menjadi jalan lurus menuju kehidupan langit.

***

TUHAN itu Maha Kuasa lagi Maha Adil. Zaman telah berganti dari zaman pembunuhan Ahli Kitab menjadi zaman pengikut mereka. Pengikut Ahli Kitab kini meneguhkan hujjah-hujjah mereka. Salah satu hujjah adalah hadirnya Yesus as di akhir zaman. Kami telah berdiskusi dengan sebagian dari kalangan Kristiani dan mereka mengakui masih adanya perbedaan pandangan mengenai perkara ini. Tetapi kami bersyukur bahwa di antara mereka ada pula yang bertekad untuk membuka kembali lembaran-lembaran Kitab.

Sesungguhnya kaum Muslimin tidak menolak kehadiran kembali Yesus as ini. Yang terjadi hanyalah sekat-sekat psikologis. Sekat pertama adalah hubungan yang tidak semestinya yang terlanjur terbangun di antara Islam dan Kristen sebagai sesama agama langit. Sekat ini dibangun di atas sejarah kekuasaan dunia yang salah kaprah. Sekat lain adalah warisan sejarah kebencian terhadap Ahli Bayt dimana al-Mahdi af akan hadir sebelum Yesus al-Mashih as.

Kerap orang-orang bertanya, “Mengapa Tuhan harus mengangkat al-Mashih dan menghaibkan al-Mahdi?” Alih-alih cerdas, sesungguhnya ini merupakan pertanyaan takabur. Ali as berkata, “Balaslah takabur dengan takabur.” Maka inilah jawaban balasannya, “Agar kalian tidak membunuh keduanya bersama para pengikut setia mereka…” ***

Salam Rindu untuk Yesus Kristus

Salam Rindu untuk Yesus Kristus

Musa Irianto Worabay

Andi Muhammad al-Marosi

BEBERAPA tahun ini, Idul Adha dan Natal terjadi dalam waktu berdekatan. Tahun ini dan beberapa tahun selanjutnya, Idul Adha akan terjadi dalam hari-hari Adventus. Hal ini merupakan karunia Allah. Andai para pemeluk agama langit ini menggunakan satu sistem penanggalan saja, niscaya Idul Adha dan Natal tidak akan pernah bertemu.

Tahun lalu, Saudara Abdullah Busthany Isma’ili (dosen Unamin Sorong, Ketua Umum Madrasah Karbala’), telah menulis mengenai semangat berkurban di dalam Idul Adha dan Natal. Bila orang memandang pada dataran bumi, maka akan diperoleh perbedaan. Namun, dari langit, semangat berkurban begitu kuat untuk menyatukan. Semangat ini diungkapkan oleh seorang sufi India, “Dia telah naik ke langit tetapi turun lagi untuk menyelamatkan manusia-manusia bumi. Sekiranya aku yang naik ke langit, niscaya aku tidak akan pernah turun lagi ke bumi.” Si dia adalah kekasih Allah, sedangkan aku adalah seorang makhluk bumi. Si dia ini berada di sisiNya di langit, dan turun ke bumi demi misi penyelamatan. Ini merupakan pengurbanan pertama. Pengurbanan selanjutnya adalah menerima perlakuan buruk dari kaumnya sendiri.

Seorang pendeta berkata, “Wahai Muhammad, aku akan bertanya kepadamu mengenai perkara yang tidak dapat dijawab kecuali oleh seorang nabi atau pewaris nabi.” Beliau saw bersabda, “Tanyakan sekehendak hatimu.” Pendeta pun bertanya, “Apa yang pertama kali mendiami bumi?” Beliau saw menjawab, “Malaikat, lalu jin, lalu Adam… Kemudian mailaikat lagi, lalu jin, lalu Adam.” Beliau saw menjawab bahwa Adam as adalah Adam kedelapan, sedangkan ketujuh Adam sebelumnya mati dibunuh oleh jin.

Mengapa dibunuh? Setiap orang bertanya seperti itu—juga kami—kecuali orang-orang seperti Muhammad saw dan juga pendeta itu. ‘Mengapa’ telah jelas bagi mereka: itulah pengurbanan. Setiap penghuni langit yang turun ke bumi haruslah mengalami pengurbanan. Sekelompok malaikat terakhir yang turun dari langit untuk memerangi jin pun bertanya demikian, dan mereka menemukan sendiri bahwa hanya dengan pengurbanan langit lah sehingga kehidupan bumi dapat tumbuh.

Hanya dengan pengurbanan lah sehingga makhluk-makhluk bumi dapat mengenal adanya langit dan kehidupan yang lebih tinggi. Makhluk-makhluk bumi terlalu angkuh, cenderung lupa diri. Kata al-nâs (manusia) artinya cenderung lupa, sedangkan nisnas (nama asli dari jin) artinya makhluk pelupa akut. Iblis, berasal dari nisnas, melakukan balasa (pembangkangan) karena lupa. Iblis adalah contoh abadi yang tidak pernah dapat melepaskan diri dari penjara bumi. Iblis lah yang memperlupakan Adam as dan anak-cucunya. Dan kehidupan dunia tiada lain adalah sejarah pengurbanan lantaran lupa ini.

Adam dan Eva—salam atas keduanya—dihadirkan oleh Allah tanpa ayah-ibu. Dari keduanya, lahir untuk pertama kalinya, seorang perempuan. Perempuan ini lupa bahwa dia lahir dari sepasang ayah-ibu, tetapi dia merasa dirinya besar, dan dia pun membangkan. Berikutnya adalah Qabil dan Habil. Habil tumbuh menjadi makhluk langit di bumi, sedangkan Qabil tetapi terpenjara. Dan Qabil pun membunuh Habil. Habil lah kurban manusia langit yang pertama kali di tangan manusia bumi sendiri.

Muhammad saw mengajarkan bahwa Iblis, Qabil, pembangkan Musa as, pembunuh Harun as, pembunuh unta Shaleh as, dan pembunuh John (Yahya) as adalah penghuni neraka paling bawah. Enam lainnya berasal dari orang-orang yang hidup sezaman dengan beliau saw. Kesulitan akan terjadi lantaran tidak mengenal kedua-belas makhluk buruk ini. Ada banyak manusia yang, dengan logika keliru, memandang bahwa Iblis adalah agen Tuhan untuk menggoda manusia.

Ada pengikut Muhammad saw yang, melalui Ahli Bayt beliau saw, mengenal Iblis secara psikis dan fisik. Karena itu, meskipun Iblis termasuk ghaib, mereka tidak mendoktrinkan Iblis. Mereka juga tahu bahwa ada cucu Iblis yang telah bertobat. Diriwayatkan bahwa sang cucu ini telah menyampaikan salam dari Musa as kepada Yesus as, dan juga salam dari Yesus as kepada Muhammad saw.

Hajjaj bin Yusuf adalah algojo khilafah Umawi. Ketika dia membunuh seorang Yahudi dan seorang Kristen, kedua orang itu tidak bergeming sama sekali. Maka Hajjaj bertanya kepada Syahr bin Hawsyab mengenai perkara ini yang dia kaitkan dengan firman, “Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali beriman kepadanya (Yesus as) sebelum kematiannya…” (QS. al-Nisâs’ 4:159.) Syahr berkata, “Sesungguhnya Yesus as akan turun ke dunia sebelum Hari Kiamat dan tak ada seorang pun dari Yahudi atau Kristiani yang tersisa kecuali mereka beriman kepadanya sebelum kematiannya…” Hajjaj mengancam, “Dari mana kau dapatkan penafsiran itu?” Syahr menyebutkan nama Muhammad al-Baqir as dari Ahli Bayt. (The Gospel of Ali, h. 135-136.)

Pewarisan Islam banyak dilakukan melalui jelak Hajjaj ini, sementara pewarisan Kristen atas Islam pun menapaki jejak yang sama. Seakan-akan kaum Muslimin lah yang membunuh Yesus as. Ini terjadi lantaran jejak orang seperti Hajjaj ini, orang yang membunuh Ahli Bayt, tetapi kebanyakan Muslimin menisbatkan kepada Yahudi, kaum yang memusuhi Yesus as. Sejarah menjadi seperti benang basah yang kusut.

Kebanyakan kaum Muslimin telah lupa bahwa Yesus as akan hadir kembali di akhir zaman. Mengapa lupa? Karena Yesus as akan hadir bersama-sama dengan al-Mahdi af dari Ahli Bayt sebagai satu paket. Pada zaman dahulu, pengikut Ahli Kitab (dari Yahudi dan Kristen) dan pengikut Ahli Bayt (Muslim syi’ah) hidup dalam satu paket pembunuhan oleh orang-orang seperti Hajjaj. Itulah sehingga, bukan saja Yesus al-Mashih as dilupakan, melainkan Muhammad al-Mahdi af, cucu Muhammad al-Mustafa’ saw, juga dilupakan, mengikuti Hajjaj yang bermaksud membunuh al-Mahdi af.

Muhammad saw telah datang untuk melamar kepada Yesus as untuk menjadikan seorang cucunya sebagai suami dari cucu Muhammad saw sendiri. Demikianlah yang dimimpikan oleh Narjis, putri Raja Rumawi, dan mimpi itulah yang mempertemukannya dengan al-Hasan al-Askari as dari Ahli Bayt. Lalu keduanya menikah dan melahirkan al-Mahdi af, sahabat al-Mashih as di akhir zaman.

Pada tanggal 25 Dzulqaidah lalu, kami merayakan malam Dahwu al-Ardh, malam dimana bumi dihamparkan di bawah Ka’bah. Allah memuliakan malam itu dengan melahirkan Yesus as dan Ibrahim as di hari itu. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Yesus as lahir di hari Selasa, tepat pada hari itu (4/12/2007). Alhamdulillah, kami dapat merayakan hari kelahiran Yesus as di bumi yang dicita-citakan menjadi Bumi Injil ini, yaitu bumi damai dimana cita-cita Yesus as akan diwujudkan. Yesus as meremehkan dunia (zuhud). Dunia adalah penzaliman, makshiat, kelaparan, penyakit, dan kematian, dan Yesus as mengatasi semua itu dengan sekejap mata (tharfah al-‘ain).

Kami bersyukur bahwa kami pun dapat membacakan do’a al-Mahdi af, “… Dan aku berdo’a kepadamu dengan do’a Yesus, ruhMu…” Dan kami pun menadahkan tangan dan berkata, “Terimalah salam rindu kami, wahai Yesus Kristus...” ***

(Diresume dari diskusi di Madrasah Karbala’ Sorong, 4 Desember 2007.)

Pembunuhan, Kecaman, dan Pengusutan

Pembunuhan, Kecaman, dan Pengusutan

Abdullah Busthany Isma’ili

Dosen FT-Unamin Sorong, Ketua Umum Madrasah Karbala

BENAZIR Bhutto melengkapi sejarah berdarah keluarganya. Ayah dan saudara-saudaranya juga mati seperti itu di negeri yang mayoritas beragama Islam. Pembunuhan ini bisa sia-sia bagi para pembunuhnya. Kematian itu juga bisa sia-sia bagi yang mati, dalam hal ini keluarga Bhutto. Kecuali… itulah yang ingin saya tuliskan di bawah ini.

Kaum yang Memfitnah Muhammad saw

Tidak perlu lagi kita sebutkan berapa banyak orang membunuh atas nama agama Muhammad saw. Orang seperti Amrozi dikhabarkan punya hubungan dengan Pakistan dan Afghanistan. Mereka tentunya tidak dapat membersihkan diri dari kenyataan bahwa mereka Muslimin, umat Muhammad saw. Laporan terakhir telah mensinyalir bahwa Presiden Pakistan dan al-Qaedah berada di balik pembunuhan Benazir. Kedua pihak ini juga tentunya mengatas-namakan Islam agama Muhammad saw.

Yang tidak sampai ke kita adalah bahwa di kedua negeri itu, pencinta Muhammad saw dan Ahlul Bayt dibunuh oleh al-Qaedah dan kelompok “garis keras”. Masalahnya, apakah Muhammad saw memerintahkan mereka untuk membunuh pencintanya sendiri? Andai keluarga Bhutto itu buruk, maka apakah Tuhannya Muhammad saw tidak sanggup mengenyahkan mereka? Apakah Tuhan membutuhkan tangan-tangan manusia untuk membunuh makhlukNya sendiri? Orang-orang ini telah memfitnah Muhammad saw.

Ini lantaran kebuntuan akal mereka menjangkau kecerdasan Muhammad saw. Mereka terjebak di dalam pertanyaan “mengapa Muhammad saw perlu berperang”? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab lantang oleh sebagian kaum Musilimin. Karena itu, fitnah terhadap Muhammad saw terus berlanjut. Maka izinkan saya menjawabnya.

Sesungguhnya, agama Muhammad saw telah selesai begitu beliau saw melakukan Mi’raj. Maksud “selesai”, bagi setiap utusan Tuhan, adalah selesai menerima risalah dan selesai pula menyampaikan kepada penerusnya. Utusan Tuhan bukanlah Presiden atau Kepala Daerah yang menawarkan diri untuk menjadi budak rakyat. Utusan Tuhan tidak punya ikatan dengan kaumnya, mereka cukup menyampaikan risalah dan kemudian kembali kepada Tuhan mereka. Kaum itu harus mencari sendiri risalah itu, dan Tuhan mempermudah pencarian itu dengan menghadirkan penerus utusan. Tetapi yang terjadi adalah justru kaum itu menepis—bahkan membunuh para penerus—hanya karena iri.

Itulah sehingga Muhammad saw perlu memperkenalkan penerusnya kepada kaum-kerabatnya. Tetapi itu belum cukup karena kaumnya melancarkan permusuhan. Dapat dibayangkan betapa lucunya kenyataan berikut ini. Karena pedihnya siksaan yang diterima pengikut Muhammad saw, maka beliau saw memerintahkan sepupunya Ja’far bin Abi Thalib untuk memimpin rombongan hijrah pertama meninggalkan Makkah menuju Etiopia Kristen pimpinan Raja Negus. Namun, Abu Sufyan memerintahkan Amr bin al-Ash untuk pergi memprovokasi Raja Negus agar membunuh seluruh rombongan itu. Setelah Muhammad saw wafat, malah keluarga ja’far yang terlebih dahulu ditimpa musibah: rumah mereka dirampas demi memperluas Masjid Nabi di Madinah! Kemudian, Mu’awiyah putra Abu Sufyan bersama-sama dengan Amr memimpin kaum Muslimin, justru untuk membunuh keluarga Muhammad saw, juga keluarga Ja’far.

Kembali kepada pertanyaan awal: mengapa Muhammad saw harus berperang? Pertama, meneguhkan kedudukan penerus beliau saw dan para pendukungnya. Ja’far adalah orang yang syahid demi menegakkan perintah Muhammad saw: berjuang hingga titik darah penghabisan. (Bandingkan dengan Khalid bin Walid yang tetap hidup karena melarikan diri.) Ja’far adalah kembaran beliau saw dalam rupa dan perangai. Ali as, adik Ja’far, adalah kembaran beliau saw dalam keberanian, ilmu, dan ketaqwaan. Perang sesungguhnya adalah demi meneguhkan bahwa Ali as dan hanya Ali as lah yang layak menjadi penerus Muhammad saw. Tiada hasil dari perang kecuali turunnya hujjah. Hujjah di perang Badar adalah bahwa Ali as lah yang lebih unggul dari semua kerabat Muhammad saw. Di perang Uhud turun hujjah, “Ali berasal dariku, dan aku (Muhammad) berasal dari Ali.” Di perang Ahzab turun hujjah, “Ali lah pembelah surga dan neraka.” Tapi hujjah-hujjah ini luput dari akal manusia—maka perang pun berlanjut.

Kedua, perang adalah demi membunuh Abu Sufyan, Mu’awiyah, Amr bin al-Ash, dan lain-lain, orang-orang yang akan menimbulkan fitnah terhadap Muhammad saw. Sesungguhnya mereka jua lah penyebab perang itu sendiri. Di sisi beliau saw ada orang-orang munafiq (QS. 9:98, 101), dan karena itu beliau saw dikecam. Mengapa beliau saw tidak membunuhnya? Sebab, kata orang sekarang, “Maling teriak maling.”

Kecaman “Maling teriak maling”

Pemerintah Indonesia dan sejumlah pemimpin ormas Islam mengecam pembunuhan Benazir. Khawatir saya, “maling teriak maling”. Tak ada gunanya Presiden SBY menghimbau TNI untuk melindungi para tokoh nasional. Mengapa? Jawab dahulu, “Siapa yang melindungi Munir, Theys, dan Bung Karno?” Siapa yang harus melindungi jama’ah Ahmadiyah? Yang saya tahu, Ahmadiyah ada sejak kemerdekaan, dan banyak intelektual kita belajar dari mereka. Pencinta Muhammad saw dan Ahlul Bayt diusir dari Bangil. Yang saya tahu, banyak pencinta inilah yang mati demi kemerdekaan kita.

Bila pertanyaan-pertanyaan di atas tidak dijawab, maka, boleh jadi, banyak anak bangsa ini akan menerima nasib seperti keluarga Bhutto di tangan bangsanya sendiri. “Logika” Bangil pun dapat diterapkan untuk mengusir kami dari Papua.

Pengusutan dengan Akal dan Hati

Pasca pembunuhan adalah pengusutan. Dan, yakinlah, bahwa pengusutan atas Benazir, juga Munir dan lain-lain, tidak akan pernah tuntas. Mengapa? Siapa Benazir, Munir, Aquino, dan lain-lain bila dibanding dengan Yesus as? Siapa pembunuh beliau as? Siapa pembunuh al-Husain as cucu Muhammad saw? Orang hanya sibuk mengusut pembunuhan tanpa sama sekali ingin mengusut secara tuntas atas diri Yesus as, al-Husain as, Fathimah as putri Muhammad saw, dan para kekasih Tuhan lainnya. Sejumlah orang hanya berdalil, “Lupakan, itu urusan masa lalu.” Juga khalifah Utsman bin Affan yang dibunuh, jenazahnya diseret, tidak dimandikan, tidak dishalatkan, tidak dikuburkan.

Siapa pula pembunuh Muhammad saw? Ada yang terkejut, “Lho, emangnya beliau saw dibunuh?” Dan marah. Ya, ideologi “lupa” hanya menyisakan keterkejutan dan marah, bukannya tangisan dan air mata. Dan, pencinta Muhammad saw dan Yesus as, karena saking cintanya, lalu bertanya demikian, malah menjadi sasaran kemarahan.

Satu-satunya cara untuk menuntaskan suatu pengusutan hanyalah dengan akal dan hati (cinta). Dan inilah yang sebenar-benarnya disebut pahala kebajikan. ***

Kenabian Muhammad saw dan Ketuhanan Kristus as

Kenabian Muhammad saw dan Ketuhanan Kristus as

Abdullah Busthany Isma’ili

Dosen FT-Unamin Sorong, Ketua Umum Madrasah Karbala

MENGAPA perlu dialog agama? Dari sudut logika, pengakuan bahwa setiap agama itu benar bagi penganutnya mengimplikasikan bahwa agama lain itu salah. Dengan demikian, umat agama lain menjadi sasaran da’wah, dan dialog diarahkan untuk mengintervensi agama lain. Dalam sejarah klasik, intervensi bahkan terjadi dalam bentuk perang atas nama agama. Nah, dialog adalah kreasi peradaban modern sehingga sering pula disebut dialog peradaban. Orang-orang tertentu malah memandang dialog sebagai upaya penyatuan tema-tema sentral agama. Hal ini mulai disadari setelah kekuasaan politik menguat dari dalam istana sementara kekuasaan agama menyusut ke dalam gereja / masjid.

Pada dialog baru-baru ini di MetroTV, ketika ditanya mengenai perbedaan antara Islam teroris dan Islam (sejati), seorang pejabat AS menjawab, “Kami mengetahui perbedaan itu secara baik.” Setidaknya itulah alasan mengapa AS menginvasi Iraq. Memang, AS menuai kritik. Tetapi pejabat itu berkilah sederhana, “Setidaknya Anda (Indonesia) tidak sanggup mengatasi konflik antara Islam sunni dan Islam syi’ah.”

Pejabat itu memang berpikir umum atas masalah khusus. Namun, secara empiris, akan tampak benar apabila kita mencermati bagaimana pemerintah mengatasi kasus Ahmadiyah. Pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Din Syamsuddin baru-baru ini patut dicermati, “Saya menyangsikan keterlibatan ormas-ormas Islam di dalam aksi anarkis terhadap Ahmadiyah.” Pernyataan ini setidaknya merupakan tanggapan positif atas pernyataan para pemimpin agama sebelumnya bahwa “kerukunan hidup beragama di antara rakyat yang menganut berbagai agama dan aliran kepercayaan merupakan tonggak utama persatuan bangsa Indonesia”.

***

MENARIK untuk kita cermati Ahmadiyah. Aliran ini muncul dari Islam sunni, seperti Isma’iliyah bagi syi’ah. Aliran Isma’iliyah berkeyakinan bahwa kenabian tidak terputus. Menurut mereka, Muhammad saw adalah nabi yang mewariskan tujuh orang imam dimana imam yang ketujuh adalah al-mahdi. Dalam hitungan mereka, Imam Ja’far al-Shadiq as adalah imam keenam sehingga putranya yang bernama Isma’il adalah al-mahdi. Ubaidillah putra Isma’il kemudian diyakini sebagai nabi.

Yang disebut Islam adalah meyakini bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul terakhir. Oleh karena itu, syi’ah tidak sedikit pun ragu bahwa Isma’iliyah bukanlah bagian dari Islam. Sayangnya, setiap kali membicarakan syi’ah, sunni senantiasa mengaitkan dengan Isma’iliyah, suatu pendekatan yang benar-benar memojokkan syi’ah sendiri. Inilah yang pada gilirannya menyulitkan sunni dalam kasus Ahmadiyah.

Seorang teman di Sorong baru-baru ini mengkaji mengenai syi’ah. Dia membaca dari kajian kritis Quraisy Shihab dimana beliau menyimpulkan bahwa sunni dan syi’ah tidak pernah bersatu, sekali sunni tetap sunni, demikian sebaliknya. Saya sarankan kepadanya untuk membaca lagi buku Shihab itu secara lebih kritis. Beberapa hari kemudian dia berkata, “Ya, Quraisy Shihab tidak sunni tidak juga syi’ah.” Artinya? Shihab punya madzhab (agama) sendiri! Memang, munculnya madzhab-madzhab di dalam setiap agama demikian adanya: alih-alih melakukan kajian kritis, hasilnya malah memunculkan madzhab sendiri.

Dan apanya yang menarik? Yaitu bahwa setiap pendiri madzhab telah bertindak sebagai seumpama seorang nabi. Setiap madzhab merasa yang paling benar dan asli, yang artinya tiada satu pihak pun yang benar-benar asli. Yang ada hanyalah (tuduhan) “aspal”. Semuanya berbeda, berseberangan, dan saling menyerang. Untungnya, kekuasaan negara telah memainkan peranan mempersatukan. Salah satu di antaranya adalah munculnya madzhab Ahlu Sunnah wa al-Jama’ah yang senantiasa dekat dengan penguasa negara.

***

KEASLIAN ajaran Muhammad saw didekonstruksi oleh berbagai klaim madzhab Islam di satu pihak, sementara, di pihak lain, diancam oleh tuduhan kenabian palsu dari sebagian kalangan Kristen. Beliau saw “diapit” oleh dua kekuatan raksasa ini. Persis seperti Kristus as yang juga diapit oleh Islam dan Yahudi. Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul diperdebatkan. Sama seperti ketuhanan Kristus as yang juga diperdebatkan.

Baru-baru ini seorang saudara Kristiani berkata, “Saya belum menemukan di dalam Alkitab bahwa Yesus itu Allah.” Dia seorang Protestan yang, karena itu, dapat memahami mengapa Katholik yang membedakan antara Allah, Putra, dan Ruh Kudus. Maka saya pun menjelaskan.

Bahwa Allah adalah Nama dari Dzat yang dirujuk sebagai Tuhan itu sendiri. Namun demikian, kata Tuhan dalam Islam perlu dibedakan dari Ilah (Tuhan), Ahad (Tunggal), KhaliqRabb (Pengatur), dan sebagainya. Muhammad saw pernah bersabda, “Aku adalah Ahmad tanpa (huruf Arab) mim, ‘Arab tanpa ‘ain…” Yaitu Ahad dan Rabb. Banyak peminat mistisisme Kristen pun tertarik dengan sabda ini. Mereka juga tertarik dengan sebuah sabda lain, “Wahai Ali, tiada yang mengenai aku kecuali engkau, tiada yang mengenal engkau kecuali aku. Sekiranya kubeberkan siapa dirimu, niscaya orang-orang akan menyembahmu sebagaimana Nashrani menyembah Yesus.” (Pencipta),

Muhammad saw memiliki keserupaan dengan Adam as. Bahwa Adam as dilahirkan tanpa ayah-ibu, dan malaikat telah menyembah (bersujud) kepadanya, tetapi Iblis enggan menyembahnya, sedangkan Qabil putranya malah menyembah Iblis dan mengkhianati Adam as. (Iblis juga lahir tanpa ayah, tapi dalam kasus sebagai anak zinah.) Mengapa Qabil enggan menyembah Adam as? Karena dia meremehkan Adam as yang sangat tekun menyembah Allah. Muhammad saw pun tidak disembah umatnya karena beliau saw lah yang paling tekun menyembah Allah.

Muhammad saw adalah zhahir yang batinnya adalah Ali bin Abi Thalib as. Sebagian kecil orang menyembah Ali as sebagaimana yang disabdakan oleh Muhammad saw. Tetapi sebagian besar membencinya sebagaimana Yahudi membenci Yesus as.

Diskusi-diskusi ini sangat menarik. Hanya saja, orang-orang perlu memahami—sekali lagi—semangat cinta yang ada di dalam diri-diri Adam as, Kristus as, Muhammad saw, dan Ali as. Apa itu cinta? Itulah yang memancar dari apa yang disebutkan sebagai Ruh Kudus. Sungguh mencengangkan apa yang ditulis oleh Antoane Bara, seorang cendikiawan Kristen, dalam The Saviour (Penerbit Citra, 2007), bahwa al-Husain as cucu Muhammad saw adalah (juga) Ruh Kudus. Bahkan, di akhir zaman, Ruh Kudus akan muncul, yaitu Yesus as bersama-sama dengan al-Mahdi af cucu al-Husain as.

Hingga bulan Maret nanti, kita akan hidup di dalam bulan-bulan Muhammad saw dan Yesus as. Semoga semarak cinta akan memenuhi atmosfer bumi kita. ***