Selasa, 01 Januari 2008

Salam Rindu untuk Yesus Kristus

Salam Rindu untuk Yesus Kristus

Musa Irianto Worabay

Andi Muhammad al-Marosi

BEBERAPA tahun ini, Idul Adha dan Natal terjadi dalam waktu berdekatan. Tahun ini dan beberapa tahun selanjutnya, Idul Adha akan terjadi dalam hari-hari Adventus. Hal ini merupakan karunia Allah. Andai para pemeluk agama langit ini menggunakan satu sistem penanggalan saja, niscaya Idul Adha dan Natal tidak akan pernah bertemu.

Tahun lalu, Saudara Abdullah Busthany Isma’ili (dosen Unamin Sorong, Ketua Umum Madrasah Karbala’), telah menulis mengenai semangat berkurban di dalam Idul Adha dan Natal. Bila orang memandang pada dataran bumi, maka akan diperoleh perbedaan. Namun, dari langit, semangat berkurban begitu kuat untuk menyatukan. Semangat ini diungkapkan oleh seorang sufi India, “Dia telah naik ke langit tetapi turun lagi untuk menyelamatkan manusia-manusia bumi. Sekiranya aku yang naik ke langit, niscaya aku tidak akan pernah turun lagi ke bumi.” Si dia adalah kekasih Allah, sedangkan aku adalah seorang makhluk bumi. Si dia ini berada di sisiNya di langit, dan turun ke bumi demi misi penyelamatan. Ini merupakan pengurbanan pertama. Pengurbanan selanjutnya adalah menerima perlakuan buruk dari kaumnya sendiri.

Seorang pendeta berkata, “Wahai Muhammad, aku akan bertanya kepadamu mengenai perkara yang tidak dapat dijawab kecuali oleh seorang nabi atau pewaris nabi.” Beliau saw bersabda, “Tanyakan sekehendak hatimu.” Pendeta pun bertanya, “Apa yang pertama kali mendiami bumi?” Beliau saw menjawab, “Malaikat, lalu jin, lalu Adam… Kemudian mailaikat lagi, lalu jin, lalu Adam.” Beliau saw menjawab bahwa Adam as adalah Adam kedelapan, sedangkan ketujuh Adam sebelumnya mati dibunuh oleh jin.

Mengapa dibunuh? Setiap orang bertanya seperti itu—juga kami—kecuali orang-orang seperti Muhammad saw dan juga pendeta itu. ‘Mengapa’ telah jelas bagi mereka: itulah pengurbanan. Setiap penghuni langit yang turun ke bumi haruslah mengalami pengurbanan. Sekelompok malaikat terakhir yang turun dari langit untuk memerangi jin pun bertanya demikian, dan mereka menemukan sendiri bahwa hanya dengan pengurbanan langit lah sehingga kehidupan bumi dapat tumbuh.

Hanya dengan pengurbanan lah sehingga makhluk-makhluk bumi dapat mengenal adanya langit dan kehidupan yang lebih tinggi. Makhluk-makhluk bumi terlalu angkuh, cenderung lupa diri. Kata al-nâs (manusia) artinya cenderung lupa, sedangkan nisnas (nama asli dari jin) artinya makhluk pelupa akut. Iblis, berasal dari nisnas, melakukan balasa (pembangkangan) karena lupa. Iblis adalah contoh abadi yang tidak pernah dapat melepaskan diri dari penjara bumi. Iblis lah yang memperlupakan Adam as dan anak-cucunya. Dan kehidupan dunia tiada lain adalah sejarah pengurbanan lantaran lupa ini.

Adam dan Eva—salam atas keduanya—dihadirkan oleh Allah tanpa ayah-ibu. Dari keduanya, lahir untuk pertama kalinya, seorang perempuan. Perempuan ini lupa bahwa dia lahir dari sepasang ayah-ibu, tetapi dia merasa dirinya besar, dan dia pun membangkan. Berikutnya adalah Qabil dan Habil. Habil tumbuh menjadi makhluk langit di bumi, sedangkan Qabil tetapi terpenjara. Dan Qabil pun membunuh Habil. Habil lah kurban manusia langit yang pertama kali di tangan manusia bumi sendiri.

Muhammad saw mengajarkan bahwa Iblis, Qabil, pembangkan Musa as, pembunuh Harun as, pembunuh unta Shaleh as, dan pembunuh John (Yahya) as adalah penghuni neraka paling bawah. Enam lainnya berasal dari orang-orang yang hidup sezaman dengan beliau saw. Kesulitan akan terjadi lantaran tidak mengenal kedua-belas makhluk buruk ini. Ada banyak manusia yang, dengan logika keliru, memandang bahwa Iblis adalah agen Tuhan untuk menggoda manusia.

Ada pengikut Muhammad saw yang, melalui Ahli Bayt beliau saw, mengenal Iblis secara psikis dan fisik. Karena itu, meskipun Iblis termasuk ghaib, mereka tidak mendoktrinkan Iblis. Mereka juga tahu bahwa ada cucu Iblis yang telah bertobat. Diriwayatkan bahwa sang cucu ini telah menyampaikan salam dari Musa as kepada Yesus as, dan juga salam dari Yesus as kepada Muhammad saw.

Hajjaj bin Yusuf adalah algojo khilafah Umawi. Ketika dia membunuh seorang Yahudi dan seorang Kristen, kedua orang itu tidak bergeming sama sekali. Maka Hajjaj bertanya kepada Syahr bin Hawsyab mengenai perkara ini yang dia kaitkan dengan firman, “Tidak ada seorang pun dari Ahli Kitab kecuali beriman kepadanya (Yesus as) sebelum kematiannya…” (QS. al-Nisâs’ 4:159.) Syahr berkata, “Sesungguhnya Yesus as akan turun ke dunia sebelum Hari Kiamat dan tak ada seorang pun dari Yahudi atau Kristiani yang tersisa kecuali mereka beriman kepadanya sebelum kematiannya…” Hajjaj mengancam, “Dari mana kau dapatkan penafsiran itu?” Syahr menyebutkan nama Muhammad al-Baqir as dari Ahli Bayt. (The Gospel of Ali, h. 135-136.)

Pewarisan Islam banyak dilakukan melalui jelak Hajjaj ini, sementara pewarisan Kristen atas Islam pun menapaki jejak yang sama. Seakan-akan kaum Muslimin lah yang membunuh Yesus as. Ini terjadi lantaran jejak orang seperti Hajjaj ini, orang yang membunuh Ahli Bayt, tetapi kebanyakan Muslimin menisbatkan kepada Yahudi, kaum yang memusuhi Yesus as. Sejarah menjadi seperti benang basah yang kusut.

Kebanyakan kaum Muslimin telah lupa bahwa Yesus as akan hadir kembali di akhir zaman. Mengapa lupa? Karena Yesus as akan hadir bersama-sama dengan al-Mahdi af dari Ahli Bayt sebagai satu paket. Pada zaman dahulu, pengikut Ahli Kitab (dari Yahudi dan Kristen) dan pengikut Ahli Bayt (Muslim syi’ah) hidup dalam satu paket pembunuhan oleh orang-orang seperti Hajjaj. Itulah sehingga, bukan saja Yesus al-Mashih as dilupakan, melainkan Muhammad al-Mahdi af, cucu Muhammad al-Mustafa’ saw, juga dilupakan, mengikuti Hajjaj yang bermaksud membunuh al-Mahdi af.

Muhammad saw telah datang untuk melamar kepada Yesus as untuk menjadikan seorang cucunya sebagai suami dari cucu Muhammad saw sendiri. Demikianlah yang dimimpikan oleh Narjis, putri Raja Rumawi, dan mimpi itulah yang mempertemukannya dengan al-Hasan al-Askari as dari Ahli Bayt. Lalu keduanya menikah dan melahirkan al-Mahdi af, sahabat al-Mashih as di akhir zaman.

Pada tanggal 25 Dzulqaidah lalu, kami merayakan malam Dahwu al-Ardh, malam dimana bumi dihamparkan di bawah Ka’bah. Allah memuliakan malam itu dengan melahirkan Yesus as dan Ibrahim as di hari itu. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa Yesus as lahir di hari Selasa, tepat pada hari itu (4/12/2007). Alhamdulillah, kami dapat merayakan hari kelahiran Yesus as di bumi yang dicita-citakan menjadi Bumi Injil ini, yaitu bumi damai dimana cita-cita Yesus as akan diwujudkan. Yesus as meremehkan dunia (zuhud). Dunia adalah penzaliman, makshiat, kelaparan, penyakit, dan kematian, dan Yesus as mengatasi semua itu dengan sekejap mata (tharfah al-‘ain).

Kami bersyukur bahwa kami pun dapat membacakan do’a al-Mahdi af, “… Dan aku berdo’a kepadamu dengan do’a Yesus, ruhMu…” Dan kami pun menadahkan tangan dan berkata, “Terimalah salam rindu kami, wahai Yesus Kristus...” ***

(Diresume dari diskusi di Madrasah Karbala’ Sorong, 4 Desember 2007.)

Tidak ada komentar: